Jumat, 27 Mei 2011

KOMIK TUMBUHKAN MINAT BACA ANAK

KOMIK sebagai sebuah media mempunyai
karakteristik tersendiri. Banyak orang memahami
komik hanya sebagai media hiburan atau malah
membuang-buang waktu. Ada anggapan komik
hanya untuk anak-anak saja. Namun, David, Dewa,
dan Tommy banyak mendapatkan hal positif dari membaca komik.
Memburu komik keliling Indonesia dan berani
mengeluarkan kocek hingga mencapai 20 juta
sebulan, itulah yang dilakoni David Eddy Haris. Lelaki
yang berprofesi wiraswasta ini sudah gemar
membaca komik sejak TK. Walaupun ia belum bisa membaca, ia sangat tertarik melihat gambar-gambar
di komik. Namun, sejak SMP ia beralih ke cerita
Khoping Hoo. Banyak koleksi cerita silat dari negeri
Cina yang dimiliki David. Namun, semenjak remaja ia
mulai tertarik Ramayana. Mulai ia mengoleksi satu
demi satu. “Komik Indonesia ada 1000 koleksi, dan komik Jepang dan Hongkong 1000 koleksi. Karya
Tony Wong Long Hu Men dan Pedang Maha Dewa
favorit saya,” tutur David. Untuk hobinya ini, David memiliki dana khusus.
Kadang ia membeli beberapa komik Rp 200.000
perbulan. Namun, ketika ia menemukan banyak
koleksi, David berani merogok kocek hingga 20 juta
sebulan. Untuk pengarang Indonesia, ia menyukai
Ganes TH, Teguh Santosa, Jan Mintaraga, RA Kosasih, Mansur Daman dan Gerdi WK.
Lain David, lain lagi penuturan Dewa. Lajang yang
berprofesi sebagai arsitek ini menyalurkan
kejenuhannya bekerja dengan membaca komik. Ia
menyukai komik sejak kelas II SD. Namun, koleksinya
tidak lengkap karena sudah banyak yang raib dibawa keponakannya. Lelaki yang sejak kecil sudah piawai
menggambar ini sangat tertantang dengan fantasi
dan imajinasi yang ditampilkan di komik.
Ia menyukai tokoh Krisna dalam komik Ramayana.
Baginya, figur dan nasihat yang disampaikan tokoh
arif tersebut bagi Dewa, memberi kesan tersendiri baginya. “Komik mampu bertutur dengan baik dan menyampaikan nasihat kepada kita. Komik
merangsang minat baca,” ujarnya. Dengan membaca komik, dewa terinspirasi dengan
imajinasinya. Saat ini Dewa sedang membuat komik
bertema superhero dengan tokoh Saga. Dalam komik
yang ia buat, ada satu pesan disampaikannya
seorang pahlawan dan ksatria tidak selalu
diindentikkan dengan wajah tampan. Dewa menggambarkan Saga seseorang dengan wajah
rusak akibat tragedi kebakaran. Dari situ Saga bangkit
dan mampu menjadi superhero. “Saya ingin menyampaikan tidak ada manusia yang sempurna.
Namun, di balik kekurangan itu, hendaknya manusia
berusaha menjadi diri sendiri tanpa meniru orang
lain,” ujar lelaki kelahiran Singaraja 38 tahun silam ini.
Bersama David dan Tommy, mereka membuat satu
komunitas di situs http://www.balicomics.com untuk
para pencinta komik di Bali. “Bagi masyarakat yang ingin berbagi koleksi komik dan berbagi infromasi
seputar komik, komunitas ini adalah ajang yang tepat
untuk bergabung,” ujarnya. Menjaga keharmonisan suami istri lewat membaca
komik itulah yang dilakoni pasangan Tommy Johan
Agusta dengan Hermastati. Sejak kecil Tommy sudah
menyukai komik. bahkan koleksi komiknya waktu
kecil masih lengkap tersimpan sampai sekarang. Ia
mengenalkan komik kepada istrinya sejak mereka berpacaran. Hermastati awalnya hanya penasaran.
Tapi lama kelamaan, ia tertarik juga untuk
membacanya. Tommy menyukai karya komikus
Jepang Takeshi Maikawa yang berjudul Kungfu Boy.
Koleksi Tommy kini berkisar 1000 komik Indonesia,
dan 100 komik Jepang dan Hongkong. Komik Hongkong yang digemarinya karya O Cen Wen dan Li
chi Ching. Yang kini sedang diburu Tommy adalah Tepi
Air kisah 108 pendekar Thian Sang.
Tommy sangat menyukai komik persilatan.
Menurutnya ada satu pesan yang disampaikan yakni
untuk menjadi orang yang berhasil dan sukses orang harus bekerja keras.
Uniknya, kehidupan perkawinan Tommy dan
Hermastati jarang diwarnai keributan. Ketika mereka
ada waktu luang, mereka selalu memanfaatkan
dengan membaca komik. Menurut Hermastati tidak
ada waktu untuk meributkan hal yang tidak penting. “Malah kami asyik membahas isi komik bersama- sama daripada meributkan hal tidak penting,” akunya sambil tertawa.
Dengan membaca komik membuat komunikasi
pasutri ini semakin terjalin mesra. Hermastati
memang tidak bekerja. Setelah selesai mengerjakan
pekerjaan rumah, ia selalu memanfaatkan waktunya
membaca daripada menonton sinetron. Hobi Tommy dan istrinya yang suka membaca komik
ternyata menurun juga pada dua anaknya Alindi
Masihi atau yang akrab disapa Indi dan Maitri Kumara
yang akrab disapa Meymey ini. Indi sejak usia 3 tahun
sudah menyukai komik. Walaupun ia belum bisa
membaca, Indi selalu memabwa komik kemana pun ia pergi. Sejak kelas III SD, Indi sudah mampu
menggambar komik. Bahkan Indi memunyai blog
sendiri memajang hasil karya komiknya.
Jadi Dalang Cilik
Lain lagi Meymey putri kedua Tommy. Kesukaannya
membaca komik pewayangan, membuatnya tertarik menjadi dalang. Meymey sangat menyukai komik
Ramayana. Dari situlah, akhirnya Meymey menyukai
wayang. Sejak umur 4 tahun ia sudah bisa
mendalang. Meymey belajar sendiri tanpa guru. Setiap
hari, wayang selalu menjadi teman bermainnya. Saat
tidur Meymey meminta diceritakan kisah pewayangan. Kini Meymey sudah duduk di kelas TK
besar. Meymey sudah piawai mendalang. Walaupun
menggunakan wayang asli, Meymey memunyai
sebutan khusus untuk para tokohnya. Tokoh Yudistira
disebut kakak pertama, Bima si Gendut, Arjuna Si
Kurus, Nakula Sahadewa si Kurus Kering. Meymey lebih suka memanggil tokoh wayangnya dengan
sebutan sesuai bentuk tubuhnya. “Kalau perutnya besar dipanggil Si Buncit,” ujar bocah siswi TK Albana itu. Saat ini Meymey memiliki 10 wayang dan
sangat mengidolakan Bima yang gagah perkasa.
Setiap pulang sekolah Meymey selalu menyempatkan
diri bermain wayang. Saat wartawati Koran Tokoh
datang ke rumahnya Meymey tampak malu-malu
ketika diminta mendalang. Akhirnya dengan bujuk rayu ayahnya, Meymey bersedia menunjukkan
kepiawainya itu. Tema Meymey lebih pada kehidupan
sehari-hari. Ketika ayahnya menjanjikan sesuatu
padanya, dan ayahnya lupa, Meymey segera
mengambil wayangnya dan mulai berceloteh dan
menyindir sang ayah. Tanpa merasa dikoreksi Tommy maupun Hermastati sadar untuk menepati janji
mereka.
Menurut Tommy, ada satu manfaat positif yang
didapat kedua putrinya dari suka membaca komik.
“Selain membuat mereka menjadi gemar membaca sejak kecil, talenta Meymey dan Indi berkembang
pesat,” ujar Tommy. Komik Sinchan untuk Orang Dewasa
Komik memunyai sisi positif bagi anak karena dapat
mengembangkan imajinasi anak. Namun, peran
orangtua sangat penting membantu anak memilihkan
komik yang tepat. Sayangnya, banyak komik
Indonesia menggunakan bahasa yang belum diedit. “Banyak kata kasar tertulis di komik. Anak bisa menirunya,” ujar Psikolog Anak Retno I. G. Kusuma. Ia menilai komik memang memiliki manfaat positif
jika tema sesuai dengan perkembangan anak.
“Komik merangsang minat baca anak, menunjukkan percakapan kosa kata sehingga anak dapat belajar
berinteraksi dengan baik,” tutur Retno. Selain wawasan anak menjadi lebih luas rasa
keingintahuannya sangat tinggi. Menurutnya bagus
untuk perkembangan otak anak.
Memperkenalkan anak dengan buku-buku semacam
ini secara tidak langsung menumbuhkan kebiasaan
membaca buku pada anak. Hal itu dapat memancing anak untuk terus mencari buku serupa yang pada
gilirannya menjadi sebuah kebiasaan baru. “Jika mencintai buku sudah tumbuh, seiring berjalannya
waktu, kesukaan anak pun akan terus berkembang
untuk mencari dan mempelajari buku-buku dari
berbagai bidang,” ungkap Retno. Namun, orangtua harus membatasi waktu anak
membaca komik. “Ada waktu khusus mengisi liburan atau refresing. Jangan sampai kebablasan
sehingga anak menjadi malas dan lupa waktu serta
melupakan tugas pokoknya belajar, ” ujarnya. Ia mengatakan komik harus disesuaikan dengan usia
anak. Jangan sampai ada gambar yang kurang baik
dilihat anak seperti cara memukul orang, atau
memperkosa. “Hal ini akan terekam kuat pada memori anak,” tandasnya. Menurutnya komik yang bagus adalah kisah
pewayangan yang mengajarkan nilai filosofi,
kepahlawanan, tokoh, dan nasihat. “Komik bagus diperkenalkan sejak anak masih kecil. Komik adalah
cerita bergambar. Ini merangsang visual kognitifnya
untuk pengenalan warna dan bentuk, ” papar Retno. Komik Sinchan kurang baik untuk anak-anak karena
banyak kata-kata yang tidak sopan. Komik Sinchan di
negara asalnya di Jepang dikhususkan untuk orang
dewasa bukan anak-anak.
Menurutnya untuk pelajaran yang membosankan bagi
anak seperti matematika, bahasa Inggris, atau sejarah sangat bagus dibuat model komik. “Anak- anak pasti menggemarinya,” saran Retno. –ast

Tidak ada komentar:

Posting Komentar